AnDiN

Andin adalah seorang siswi SMA Harapan yang selalu berprestasi dalam bidang akademis. Dia merupakan murid yang paling sering mendapat perhatian dari teman dekatnya serta dari beberapa gurunya. Sayangnya masa remaja yang seharusnya menjadi masa paling bahagia bagi Andin ternyata tidak dapat dia rasakan karena dia tidak memiliki orang tua, ayahnya meninggal karena kecelakaan pesawat dua tahun yang lalu, sedangkan ibunya tidak diketahui keberadaannya sampai sekarang, yang Andin tahu sebelum ayahnya meninggal, ayahnya telah bercerai dengan ibunya.
Sekarang Andin hidup bersama tantenya dan seorang saudara sepupunya yang bernama laura. Dari Andin berusia empat tahun tantenya telah merawatnya tetapi, tantenya selalu berlaku kasar padanya. Malah sekarang, Andin disuruh bekerja apa saja asal mendapatkan uang yang banyak. Tantenya menyuruh Andin bekerja sebagai wanita malam agar mendapatkan uang yang banyak. Sebenarnya Andin tidak ingin melakukan hal tersebut, tetapi jika ia menolaknya maka tantenya mengancam akan mengusirnya dari rumah dan kalau hal itu terjadi Andin tidak tahu harus tinggal di mana. Malam itu Andin tidak dapat tidur karena memikirkan hal tersebut. Dan tiba-tiba pintu kamar Andin diketuk seseorang, ternyata tantenya yang mengetuk pintunya, lalu kemudian memarahi Andin karena tidak menuruti perintahnya.
”Kenapa kamu belum melakukan pekerjaan yang tante perintahkan, kamu pikirkan dong, dari mana kita dapat uang kalau bukan dari pekerjaan kamu itu”, kata tantenya.
“Sekarang cepat ganti baju lalu pergi”, sambung tantenya lagi.
Belum sempat Andin menjawab tantenya langsung pergi meninggalkannya. Akhirnya Andin pun bergegas pergi ke tempat yang telah diperintahkan tantenya kepadanya. Di sana Andin benar- benar ingin menangis, menjerit dan meronta karena dia tidak menyangka bahwa dirinya akan mengalami hal seburuk ini, dia bahkan merasa sudah tidak punya harga diri lagi karena dia telah menodai dirinya sendiri dengan perbuatannya itu.
Keesokan harinya di sekolah, Andin tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik karena dia terlalu lelah dengan peristiwa yang dia alami kemarin. Berkali-kali dia tertidur saat guru menerangkan dan Daniar, teman sebangkunya sekaligus sahabatnya tidak bosan-bosannya mengingatkan Andin untuk memperhatikan guru di depan.
Waktu berlalu begitu cepat sehingga tidak terasa pelajaran hari itu pun telah selesai dan murid-murid bergegas pulang. Andin dan daniar tidak langsung pulang karena mereka harus menyelesaikan tugas sekolah yang belum terselesaikan.
”Din kenapa sih beberapa hari ini kamu kelihatannya murung banget, kamu lagi ada masalah kah, cerita dong Din, saya kan sahabatmu, masa kamu tidak mau cerita sih?” Kata Daniar.
Andin pun terdiam mendengarkan pertanyaan sahabatnya tersebut. Memang Daniar adalah teman Andin yang paling baik, selain baik, Daniar juga selalu ada jikalau Andin membutuhkannya, tetapi untuk masalah yang satu ini Andin benar- benar tidak dapat menceritakannya kepada Daniar.
“Sorry Dan, beberapa hari ini saya lagi tidak enak badan jadi saya lebih banyak diam,” jawab Andin.
“Oh…oh…?” sahut Andin.
Meskipun sebenarnya dia tahu bahwa Andin berbohong dan Daniar pun berusaha untuk tidak ikut campur urusan pribadi Andin. Setelah tugas mereka selesai, mereka pulang kerumah masing- masing. Sesampainya di rumah, lagi-lagi Andin dimarahi oleh tantenya.
”Oh jadi begini ya sikapmu terhadap tante yang sudah bersusah payah membesarkanmu, pulang telat, kemana aja kamu tadi kamu hah…? bentak tante Andien.
“Saya tidak kemana-mana kok tante, tadi saya habis kerjain tugas bareng teman saya,” jawab Andin gagap.
”Tidak usah banyak alasan bilang saja kalau kamu malas kerja di rumah, ya kan?” sambung tantenya.
Andin pun tidak sanggup menahan air mata.
”Tidak usah nangis, dasar cengeng, Cuma begitu saja nangis, kamu pikir kami akan kasihan sama kamu, pokoknya hari ini kamu harus kerja seperti kayak kemarin lagi,” kata laura yang baru saja pulang sekolah.
”Lagi pula ada bagusnya juga kamu kerja begitu, dengan demikian beban keuangan kita jadi berkurang ,” sambung laura mantap.
Andin pun langsung masuk ke kamarnya tanpa memedulikan tante dan kakak sepupunya itu. Setelah itu Andin menangis sejadi-jadinya di kamarnya. Dia merasa hidup ini tidak adil selain itu ia merasa hanya hidup dalam tekanan batin saja, dia junggak pengen seperti teman-temannya yang lain yang dapat merasakan kasih sayang orang tua setiap detik tetapi, semua itu hanya impian belaka bagi seorang Andin yang sekarang.
Setelah menangis sepuas-puasnya Andin pun tertidur sebentar dan setelah itu ia pun bergegas untuk mandi lalu melakukan pekerjaan rutinnya setiap malam. Keesokan harinya di sekolah, tepatnya di kelas Andin ada seorang murid baru pindahan dari Australia.
”Kenalkan ini teman kalian yang baru namanya Ardio Pranata Wibowo,” kata Bu Dewi, Wali kelas X1- IPA 3.
”Saya Ardio Pranata Wibowo tapi cukup dipanggil Ardi,” jawabnya singkat.
”Sekarang silakan duduk di tempat yang kamu inginkan,” perintah Bu Dewi.
Akhirnya Ardi pun memilih untuk duduk di depan Andin.
”hai…!” Sapa Ardi.
Tidak tahu kenapa tiba-tiba Andin merasa jantungnya berdebar lebih cepat, mungkin ini untuk pertama kalinya dia disapa oleh cowok dengan lembut. Apalagi Ardi adalah cowok yang memiliki tampang keren.
”Oh ya…? Dengar-dengar kamu Andin ya, cewek yang selalu mendapat peringkat satu di kelas?” Tanya Ardi.
Andin pun hanya bisa menganggukkan kepala. Semenjak Ardi berkenalan dengan Andin, mereka lebih banyak menghabiskan waktu berdua. Daniar, sahabat Andin merasa terkucil setelah Ardi berkenalan dengan Andin. Ternyata kedekatan Andin dengan Ardi telah tersebar sampai ke beberapa kelas. Setelah mendengar gosip tersebut, Ratna serta teman- temannya merasa bahwa Andin bersikap seenaknya.
”Ngaca dong, cowok kayak Ardi gitu mana cocok sama Andin,” sahut Stella.
”Oh jelas dong, Ardi sama Andin itu bagai itik buruk rupa dengan pangeran tahu,” sambung Ratna.
”Dari pada sama Andin mending Ardi sama saya,” sambung Laila.
Mereka semua pun tertawa terbahak-bahak. Tetapi tiba- tiba Ardi telah berada di samping mereka bertiga.
“Andin bukan tipe cewek yang kalian bilang barusan, walaupun saya baru kenal dengan dia tetapi, saya merasa dia merupakan cewek yang tegas dan sabar dalam menghadapi apapun,” bentak Ardi dengan suara yang lantang.
”Dan sekali saya katakan, jangan pernah berkata apapun tentang Andin jikalau kalian tidak tahu apa-apa,” sambung Ardi lagi.
Setelah itu Ardi pun langsung pergi meninggalkan mereka.
“Gila tuh cowok sampai segitunya ngebelain Andin, emang Andin sehebat apa?” ucap Stella.
”Tahu ah…? Bodoh amat, lihat saja nanti siapa yang paling hebat, Kita atau Andin,” jawab Ratna.
Keesokan harinya, ketika Ratna sedang membaca buku di perpustakaan saat jam istirahat, tiba-tiba Ratna cs menghampirinya.
”Lo tuh kalau jadi cewek nggak usah kecentilan ya,” ucap Ratna.
Andin yang tidak tahu apa-apa kontan bingung dengan ulah anak kelas X1- IPS 1 ini.
”Maksud kalian apa ya,” jawab Andin tergagap.
”Kamu itu tidak usah pura-pura bego ya,” tandas Laila.
”Ardi, cowok baru itu cowok kami, jadi kamu nggak usah deh deketin dia terus,” bentak Ratna.
”Pokoknya sekali lagi gue dengar kamu dekat sama Ardi lagi, Awas lo…?” bentak Stella.
Setelah melabrak Andin, mereka pun pergi.
Siang hari, setelah pulang sekolah Ardi pun mencari Andin kemana- mana. Dan akhirnya Ardi menemukan Andin.
”Din, malam minggu ada acara nggak ?” Tanya Ardi.
“Nggak ada, emang kenapa?”Tanya Andin.
”Gue mau ngajak lo makan malam bareng gue, lo mau nggak,” kata Ardi.
Andin pun tidak tahu harus berkata apa.
”Gue usahain deh?” Sambung Andin.
”Oh…ya udah entar Jumat kasih gue kepastian ya, tapi gue sangat berharap lo mau nerima ajakan gue.” Ucap Ardi dengan nada memohon.
“ Ya udah entar gue minta izin sama tante gue,” balas Andin.
Setelah kejadian itu Andin pun makin bingung apakah ia harus memenuhi janjinya dengan Ardi atau ia harus bekerja seperti biasa. Tetapi setelah dipikirkan akhirnya, Andin memutuskan untuk pergi dengan Ardi.
Hari Jumat pun tiba, Andin tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nanti malam karena, dia belum pernah jalan berdua bersama cowok mana pun. Rasa nervous pun merajalera di dalam hatinya.
Akhirnya malam pun tiba, tepat pukul 20.00, Ardi menjemput Andin, kebetulan begitu Ardi menjemput Andin, tante dan sepupunya sedang tidak ada dirumah. Ardi terlihat sangat tampan malam itu dengan kemeja flanel dan celana jins yang dikenakannya dan hal tersebut membuat Andi terkesima.
”Sudah siap,” ucap Ardi sambil tersenyum.
“Udah dari tadi, maaf membuat kamu nunggu lagi.”
“Nggak apa?” ucap Ardi, lalu langsung melajukan mobilnya.
Ardi pun memberhentikan mobilnya tepat di Kafe Kemang.
“Kamu nggak salah pilih tempatkan Di?” seru Andin.
“Ya nggak dong, hari ini memang hari paling special, maka hari ini gue pengen ngajak lo makan di tempat kayak gini, kenapa lo nggak mau?” Balas Ardi.
“Bukan begitu, gue sih agak terkejut saja, kan makanan di sini mahal banget.”
“Udah lah lo tenang aja biar gue yang bayar. Oke…?”sahut Ardi.
Mereka pun segera memasuki kafe tersebut setelah Ardi memarkir mobilnya. Setelah mendapat tempat duduk, mereka pun memesan makan. Ardi memesan satu porsi ayam bakar sedangkan Andin memesan sayur bening serta sop kepiting.
“Kamu suka ya makan sayur,” Tanya Ardi.
“I…Iya,” jawab Andin gagap.
Andin tidak tahu mengapa dirinya merasa gugup jikalau Ardi berada didekatnya. Setelah makanan mereka datang, Mereka pun akhirnya sibuk menyantap hidangan masing-masing.
“Di, aku pergi ke kamar kecil sebentar ya ,” kata Andin.
”Oh ya udah…?” Balas Ardi.
Andin pun merasa lega karena dia dapat menutupi rasa nervousnya terhadap Ardi. Tetapi tiba- tiba karena Andin sibuk dengan pikirannya sendiri dia tidak melihat bahwa ada seorang cowok yang berjalan berlawanan arah dengannya.
Brukk…! Andin pun terjatuh setelah bertabrakan dengan seorang cowok.
“Sorry…!” Jawab Andin gagap.
“Oh… nggak apa, saya seharusnya yang minta maaf,” kata cowok tersebut.
“Bukan Anda yang salah, saya yang salah kok,” tandas Andin cepat.
“Udah ah, kalau boleh tahu namamu siapa.” Tanya cowok tersebut.
“Nama saya Andin,” jawab Andin.
”Kenalkan nama saya Harlan.”
Andin pun menjabat tangan cowok tersebut. Setelah itu ia pun kembali melanjutkan makannya yang tadi belum selesai.
“Kok lama banget Din tadi,”Tanya Ardi.
“Tadi ada insiden kecil jadi agak lama,” jawab Andin.
Ardi pun akhirnya mengajak Andin berbincang-bincang. Mereka saling berbagi pengalaman. Dan tepat pukul 22.00, mereka pun meninggalkan kafe tersebut.
”Makasih ya Din, sudah mau nemanin Gue malam ini?” ucap Ardi.
”Sama –sama,” jawab Andin.
Tiba-tiba Ardi menyentuh tangannya, lalu menciumnya. Jantung Andin pun berdebar tidak keruan, mukanya sangat pucat.
“Din, tidak tahu kenapa, ketika saya bertemu denganmu untuk yang pertama kalinya, saya merasa sangat senang jika kau berada di dekatku dan saya tidak pernah merasakan perasaan ini dengan siapa pun kecuali denganmu,”ucap Ardi tulus.
Tiba-tiba air mata Andin menetes, dia belum pernah merasakan kasih sayang ini selama dia hidup di dunia. Dari lahir hingga sekarang, hanya derita yang selalu menghujamnya.
“Ar, gue tahu apa yang lo rasakan, tapi, aku tidak pantas menerima semua yang telah kamu berikan,” ucap Andin.
Ardi pun semakin erat menggenggam tangan Andin. Dia merasa ada ikatan batin yang membuatnya sangat menyayangi Andin.
“Din, lo pantas menerima apa pun dari gue bahkan lebih,” jawab Ardi.
“lo mau kan jadi pacar gue, gue tahu kita baru kenal dan mungkin kamu masih ragu sama aku tapi, gue janji akan jaga lo, Gue sayang banget sama lo, dan sebenarnya tujuan gue hari ini ngajak lo dinner bareng gue karena gue pengen menyatakan perasaan gue yang sebenarnya ke lo,” kata Ardi.
Andin pun sebenarnya tidak dapat membohongi perasaannya bahwa dia juga menyukai Ardi karena, dia merasa Ardi sangat perhatian padanya. Dan akhirnya Andin pun menerima Ardi. Tetapi mereka berencana akan pacaran diam-diam karena jikalau ada yang tahu kalau mereka berdua pacaran, maka Andin pasti yang akan kena getahnya dan Ardi tidak mau hal ini terjadi. Kemudian Ardi pun meninggalkan Andin karena hari sudah malam.
Sesampai dirumah, Andin pun kembali mendapat makian dari tantenya.
“Kemana aja kamu dari tadi, dan siapa cowok yang ngantar lo pulang tadi?” Tandas tantenya.
“Tadi itu teman saya tante,” balas Andin.
“Teman…? Kamu pikir kami percaya sama kamu, mana ada teman sampai peluk-pelukan kayak tadi,” ucap Laura mantap.
“Kamu itu memang wanita murahan ya, nggak salah dong kita kalau suruh lo jadi wanita malam.
“Plak…?” Tiba- tiba sebuah tamparan mendarat di pipi Laura.
“Ma…, dia sudah berani sama kita, usir aja ma, laura benci sama Andin…?” Teriak Laura.
“Sekarang cepat kamu masuk kamar dan cepat pergi kerja,” teriak tantenya.
Setelah Andin pergi, Tantenya berusaha menghibur Laura.
“Sabar dong sayang, sebenarnya dari dulu juga mama sudah mau ngusir dia, tapi kita jangan lakukan itu, karena kalau tidak ada Andin siapa lagi yang mencari uang dan yang terpenting adalah setelah Andin berumur 17 tahun, kita dapat menikmati harta warisan dari almarhum ayahnya, setelah itu baru kita usir dia,” hibur tante Andin.
Keesokan harinya di sekolah.
“Andin, Ibu harap kamu bisa mempersiapkan diri dengan baik, karena minggu depan, ada lomba Sains antar sekolah dan sekolah sangat berharap kamu dapat mencapai hasil yang maksimal,” kata Bu Sri.
Setelah mendapat pengarahan dari guru, Andin pun kembali ke kelas.
“Wah…, kamu memang pintar ya, Din…?” puji Ardi.
“Emang lombanya kapan?” Tanya Ardi lagi.
“Minggu depan sih, tapi kan gue harus mempersiapkan diri dari sekarang, lo Bantu gue dennggakn doa ya,” kata Andi sambil tersenyum.
“Din, kamu sebenarnya cantik banget ya kalau tersenyum,” puji Ardi lagi.
“Ah…, kamu bisa aja?” balas Andin.
Mereka berdua pun akhirnya tertawa dan Ardi pun sangat senang karena hari ini dia dapat melihat Andin tertawa untuk yang pertama kalinya.
Beberapa hari kemudian, Andin merasa tidak enak badan dan kian hari dia merasa semakin lemas. Dia juga merasa aneh, menganggap disekitar betis dan pahanya banyak sekali timbul koreng yang lama kelamaan menjadi nanah. Tetapi Andin tidak mau ambil pusing dengan penyakitnya, karena dia harus menghadapi Lomba Sains tinggak hari lagi.
Akhirnya hari yang di tunggu- tunggu pun tiba, Andin pun dapat mengikuti lomba Sains dengan baik.
“Andin…, ngapain kamu kesini,” sahut seorang pria.
Andin pun amat terkejut mendengar namanya di panggil, dan ketika dia menoleh pria tersebut ternyata adalah Harlan, cowok yang ditabraknya waktu di kafe Kemang.
“Kamu masih ingat juga ya sama aku,” ucap Andin.
“Ya...Iyalah… mana mungkin gue lupa sama cewek seperti kamu, kamu lugu banget sih,” ucap Harlan sambil sedikit tertawa.
“Oh ya…, kamu belum jawab pertanyaan gue tadi,” ngapain lo kesini,” Tanya Harlan.
“Gue kesini karena ikut lomba Sains.”
Oh…, Din, gue harap pertemuan kita tidak sampai disini ya,” Ucap Harlan serius.
Andin tidak seberapa ngerti dengan ucapan Harlan barusan.
“Maksud kamu apa?”Tanya Andin bingung.
”Ya…, maksud gue kita bisa jadi teman kan dan kita bisa ketemuan lagi kapan pun kita bisa,” ucap Harlan terbata.
Harlan pun tidak tahu mengapa dirinya dapat berkata-kata seperti barusan, tetapi terus terang dia kagum sama Andin. Setelah berbincang- bincang dengan Harlan, Andin pun kembali ke sekolah.
“Gimana, Din sukses tadi kan,” ucap Ardi.
“Ya tadi saya sih bisa-bisa aja tapi tidak tahu deh hasilnya.”
Ardi pun terus memberi dukunnggakn kepada Andin. Dan mereka pun terlihat sangat mesra setiap hari, hal tersebut membuat iri banyak orang sekitarnya.
Tetapi sebuah kejadian menghebohkan pun terjadi di sekolah.
“Eh lihat tuh…, ternyata selama ini kita dibohongi, luarnya aja baik dalamnya murahan,” ucap salah seorang siswa.
Ternyata ada seseorang yang mengetahui tentang perbuatan Andin selama ini. Foto- foto ketika Andin sedang menjadi wanita malam pun memenuhi papan mading SMU Harapan.
” Ngapain kalian pada ngumpul di sini memang ada apa,” Tanya Ardi tiba-tiba.
“Di, lihat tuh cewek lo, apa coba yang kamu mau bangnggakin dari dia, dia hanya seorang wanita malam,” ucap Ratna tegas.
Ardi pun sangat terkejut dengan ucapan Ratna.
“Kamu tuh dari dulu nggak bosan-bosannya ya ngebohongin orang, lo pikir gue bakal percaya sama omongan lo, nggak akan pernah?” Tandas Ardi.
“Di, lihat tu,” Kata Ratna sambil menunjukkan foto- foto yang ada di mading.
Betapa terkejutnya Ardi setelah melihat foto tersebut.
“Ini semua pasti bohong, lo kan yang fitnah dia,” teriak Ardi sambil menunjuk Ratna.
“Di, lo tuh gimana sih, udah jelas yang difoto itu Andin, lo malah bilang gue bohong,” balas Ratna.
Ardi pun terduduk lemas, dia sama sekali tidak menyangka bahwa Andin, orang yang telah membuatnya tergila- gila, ternyata adalah seorang pelacur. Andin baru datang setelah bel telah berbunyi, Andin telat karena dia merasa kurang enak badan. Tetapi, Andin merasa orang- orang menatapnya dennggakn sini.
“Ngapain lo masih sekolah di sini, lo kan udah dapat banyak uang dari hasil pekerjaan kamu,” ucap salah seorang teman Andin.
Andin pun merasa seakan-akan petir telah menyambar tubuhnya.
Akhirnya dia pun mengetahui bahwa sewaktu dia sedang bekerja, Stella memotretnya diam- diam.
“Di, gue pengen jelasin semuanya ke kamu,” ucap Andin memohon.
“Nggak perlu Din, semuanya udah jelas, kenapa sih kamu lakuin semua ini Din, lo tuh nggak sayang ya sama diri kamu sendiri?” ucap Ardi.
“Ternyata selama ini gue salah menilai lo, gue pikir lo cewek ya baik, sopan, anggun, ternyata kamu lebih menjijikan dari pada binatang, mulai sekarang angnggakp kita nggak pernah kenal,” maki Ardi.
Seketika air mata jatuh tak tertahan, Andin merasa hidupnya benar-benar hanya penderitaan. Dia pun akhirnya harus kehilannggakn Ardi setelah dia kehilannggakn Daniar yang telah pindah ke Amrik dan mereka tidak dapat komunikasi lagi.
Sepulang sekolah, Andin tidak langsung pulang ke rumah. Dia sedang ingin sendirian. Dan akhirnya dia memutus pergi ke taman yang berada tidak jauh dari sekolah, Di situ Andin meratapi nasibnya seorang, dia merasa dia selalu sebatang kara. Tiba- tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya.
“Sedang ngapain kok dari tadi cemberut terus,” Kata seorang pria yang nggak lain dan nggak bukan adalah Harlan.
Andin pun tidak berani duduk di dekat Harlan.
“Lo, kenapa sih, kok menjauh dari gue,”kata Harlan.
“Ngapain lo di sini,”kata Andin.
” Gue tadi sengaja mampir di sini habis di sini tempatnya enak,” Sambung Harlan.
Tiba- tiba Andin menangis, tidak tahu kenapa. Harlan pun semakin bingung. Tetapi kali ini Andin ingin bercerita apa sebenarnya yang telah terjadi pada hidupnya kepada Harlan agar dia tidak di katai pembohong. Dia juga merasa tidak sanggup menanggung semuanya sendiri dia juga ingin berbagi.
Setelah mendengarkan cerita Andin, Harlan sama sekali tidak membenci Andin, dia malah sangat kasihan kepada Andin.
“Kamu sabar ya, suatu saat nanti, gue yakin kamu pasti mendapat kebahagiaan walaupun nggak sekarang.”
Kata yang Harlan ucapkan barusan membuat Andin sangat bahagia. Setalah peristiwa, Harlan menyarankan agar Andin tidak lagi tinggal di tempat tantenya. Untuk sementara Harlan menyarankan agar Andin tinggal dirumah kontrakan.
“Din, kamu tinggal di rumah kontrakan aja ya, masalah biaya, biar aku yang tanggung. Andin pun langsung menolak ajakan Harlan karena Andin tidak mau melibatkan Harlan dalam masalahnya.
Beberapa hari kemudian, Andin merasa penyakit yang dideritanya semakin parah. Andin memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter. Setelah memeriksakan diri ke dokter. Andin divonis menderita penyakit syphilis dan penyakit yang dideritanya sudah sangat parah. Dokter menyarankan agar Andin segera mengobat penyakitnya itu dan berhenti melakukan hubungan seks berganti pasangan.
Andin pun tidak tahu lagi harus berbuat apa ia pun meyerahkan semuanya kepada yang Maha Kuasa. Tiba- tiba ketika Andin hendak membuka pintu, dia melihat Harlan telah berdiri tidak jauh dari pintu ruang praktek dokter.
“Gue sudah dengar semuanya dari pembicaraan lo dengan dokter tadi, dan lo harus segera menyembuhkan penyakitmu itu, gue yakin kamu pasti bisa?” ucap Harlan lembut.
“Nggak ada gunanya lagi gue berusaha, dan siapa coba yang mau mendukung aku, orang yang kusayangi sudah membenciku karena perbuatanku ini, bahkan Ardi satu-satunya pria yang sangat kusayangi telah membenciku,” ucap Andin sambil terisak.
“Gue sayang sama lo Din, gue salut sama kamu karena kamu sangat tegar menghadapi semua ini, aku akan terus mendukungmu dan kamu harus berjuang demi hidupmu,”ucap Harlan.
Mereka berdua pun akhirnya saling berpelukan. Setelah peristiwa itu, Harlan pun mendatangi Ardi di sekolah.
“Gue Harlan temannya Andin, gue cuma pengen berbicara satu hal sama lo, lo tuh sudah menyakiti orang yang sudah banyak berkorban untukmu tahu,” ucap Harlan dengan emosi.
“Maksud lo apa sih?” Tanya Ardi.
“Lo tuh nggak seharusnya ninggalin Andin dalam kondisi seperti itu, di saat dia perlu lo , tapi lo nggak ada,” ucap Harlan.
“Emang apa sih peduli lo,” ucap Ardi marah.
“Gue ini sahabatnya Andin, Andin sudah menceritakan semuanya kepada gue, dia jadi begitu bukan salahnya dan dia sekarang sedang sakit parah ,”ucap Harlan.
“Lo tuh sudah dibohongi sama Andin tahu, dia itu bohong supaya dapat belas kasihan dari kamu, jadi kamu harus tahu itu, Andin itu pelacur nggak pantas dapat pembelaan dari siapa pun,” ucap Ardi berapi- api.
Tiba- tiba sebuah pukulan mendarat di pipi Ardi.
“Lo tuh memang nggak punya perasaan, Andin memang nggak pantas buat lo, dia terlalu baik dan lo pasti menyesal seumur hidup karena sudah menyia- nyiakannya.” Ucap Harlan tegas.
Ardi pun tidak terima di perlakukan demikian, akhirnya membalas memukul dan pertengkaran pun terjadi. Tetapi, ketika Harlan hendak memukul Ardi, secara mendadak Andin muncul dan pukulan Harlan mengenai Andin. Andin pun pingsan seketika. Akhirnya Andin pun di bawa kerumah sakit.
Setelah peristiwa itu, Ardi merasa bersalah terhadap Andin, dia begitu bodoh meninggalkan Andin tanpa penjelasan yang jelas, dan Ardi merasa apa yang dikatakan Harlan barusan ternyata benar. Beberapa jam kemudian Andin sadar.
“Maafin gue ya Din, gue salah menilai kamu selama ini, gue baru tahu dari Harlan kalau ternyata kamu selama ini disiksa sama tante kamu, tapi kenapa kamu nggak pernah cerita sama aku?” Ucap Ardi lembut.
“Gue yang seharusnya minta maaf sama kamu Di, gue nggak mau kamu ikut-ikutan menanggung masalahku, gue merasa cukup gue aja yang mederita,oh ya…, luka kamu segera diobati, nanti parah lho,” ucap Andin.
“gue sih nggak apa, cuma luka biasa,” ucap Ardi.
Tiba- tiba Ardi menggenggam tangan Andin.
“Gue janji kamu tidak akan disiksa lagi oleh mereka dan gue udah aduin perkara ini sama polisi, polisi akan segera mengusut tuntas semua ini, jadi kamu nggak usah khwatir ya,” ucap Ardi.
“Ardi, kamu nggak perlu melakukan semua ini, biar bagaimanapun mereka yang telah merawat aku dari kecil dan gue terima kasih banget sama mereka sekalipun mereka jahat sama aku dan lagipula mana pantas kamu membela aku, aku telah terkena penyakit sphilis,” ucap Andin.
“Aku tak akan meninggalkanmu apapun yang terjadi dan aku mau kita seperti dulu lagi,”ucap Ardi sambil memeluk Andin.
Mereka pun kelihatan sangat bahagia. Di sisi lain Harlan merasa sangat senang melihat Andin tertawa bahagia meskipun ada kesedihan yang dia tutupi karena diam- diam Harlan menaruh hati pada Andin.
Beberapa bulan kemudian…
Setelah peristiwa tersebut, tante Andin dan sepupunya-Laura- akhirnya ditangkap polisi karena telah melakukan kejahatan terhadap Andin. Dan akhirnya Andin pun hidup tenang sekarang walaupun ia harus sering berobat ke dokter karena penyakit sphilis yang dideritanya belum sembuh total dan gosip-gosip tentang Andin pun mulai tak terdengar lagi di sekolah .
“Din, hari ini ada acara nggak, soalnya aku mau kenalin kamu ke orang tua gue, saya yakin mereka pasti senang dengan kamu,”ucap Ardi ketika mereka pulang sekolah.
“Boleh, kebetulan gue nggak ada acara hari ini,”ucap Andin.
Malamnya pun Andin datang kerumah Ardi.
“Mama dan papa kenalin ini Andin, pacar Ardi,” ucap Ardi sambil memperkenalkan Andin.
“Saya Andin, tante,”ucap Andin ramah.
Setelah mereka berkenalan, mereka pun makan malam bersama. Dan akhirnya setelah mereka ngobrol, Andin pun permisi untuk pulang kerumah.
“Andin, itu gadisnya ramah banget ya, mama senang banget sama dia, nggak tahu kenapa,”ucap ibu Ardi.
“Ibu memang benar Ardi nggak salah pilihkan Bu, Ibu setujukan?” Tanya Ardi.
“Apapun akan Ibu berikan padamu asalkan kamu bahagia, kalo kamu memang bahagia sama Andin, Ibu restui hubungan kalian berdua,” ucap mama Ardi.
“Thanks Bu?” Ucap Ardi senang.
Tetapi kebahagian itu harus kandas setelah Andin mengetahui siapa sebenarnya Ardi melalui peristiwa yang tak terduga.
Pada siang itu, Andin berkunjung kerumah Ardi.
“Andin, sudah pulang sekolah, ayo kita makan siang bersama,” ajak mama Ardi.
“Makasih tante sudah ngerepotin,” ucap Andin.
Oh ya, Ardi lagi ada di atas, tunggu sebentar ya,” ucap ibu Ardi.
“Tante biar saya aja yang kesana,” ucap Andin.
Tetapi ketika hendak melangkah, Andin tiba-tiba terpeleset dan jatuh sehingga kepalanya berdarah, lalu andin pingsan seketika. Ibu Ardi pun langsung panik dan berusaha menghubungi rumah sakit, tetapi tanpa sengaja ibu Ardi melihat kartu pelajar Andin yang tak sengaja terjatuh dari saku bajunya Andin dan ibu Ardi pun seketika lemas lalu jatuh pingsan setelah melihat kartu tersebut. Ardi yang baru selesai mandi pun terkejut dan langsung membawa mereka berdua kerumah sakit tanpa basa-basi.
Setelah sampai dirumah sakit, Andin pun dirawat bersama Ibu Ardi. Beberapa jam kemudian, keduanya telah siuman. Ardi pun meminta penjelasan tentang apa yang terjadi. Andin pun menceritakan yang sebenarnya, tetapi ibu Ardi tidak dapat berkata apa-apa. Ardi pun merasa ada keanehan pada ibunya.
“Andin, tolong jawab dengan jujur pertanyaan tante,” ucap ibu Ardi.
Andin pun hanya mengangguk.
“Siapa nama ayahmu?” Tanya ibu Andin.
“Hardiyanto Chandra kusuma,” jawab Andin.
Seketika ibu Ardi merasa dunia runtuh. Setelah itu mereka akhirnya mengetahui semuanya bahwa ternyata Andin adalah saudara kandung Ardi walaupun beda ayah dan kedua orang tua Andin bercerai ketika Andin baru keluar dari kandungan beberapa minggu dan sejak itu Andin diasuh dan didik oleh ayahnya tanpa mengenal ibunya.
Setelah mendengar cerita itu, Andin adalah orang yang paling sedih karena dia merasa harus mengakhiri hubungannya dengan Ardi karena mereka kakak beradik. Andin merasa hidupnya tidak akan pernah bahagia. Setelah peristiwa itu, Ardi dan Andin harus mengakhiri hubungan mereka walaupun mereka masih saling menyukai.
“Hei…? Kamu kenapa lagi?”, kulihat dari tadi kamu melamun terus,” ucap Harlan.
Mereka tidak sengaja bertemu karena sore itu Andin sedang berada di taman dan Harlan ada di sana.
“Gue lagi ada masalah Har,” jawab Andin jujur.
Akhirnya Andin menceritakan semuanya kepada Harlan, karena Andin telah menganggap Harlan sahabatnya. Setelah mendengar cerita Andin, Harlan pun berusaha untuk berterus terang kepada Andin tentang perasaannya.
“Din, gue juga pengen cerita sesuatu sama kamu, bolehkan,” ucap Harlan.
Andin pun menganggukkan kepalanya.
“Gue lagi suka sama seorang cewek, gue suka sama dia karena dia sangat tegar, sabar dan manis, sekalipun mungkin memiliki dirinya hanya sekedar mimpi belaka namun tidak tahu kenapa, saya yakin suatu saat saya pasti bisa mendapatkannya dan memberikan dia kebahagiaan,”ucap Harlan.
“Wah…? Kayaknya, kamu jatuh cinta sama tuh cewek, Klo boleh tahu siapa namanya?” Tanya Andin sambil tersenyum.
“Tapi kamu jangan marah ya,” ucap Harlan.
“Kenapa gue harus marah coba, emang dia siapa,” jawab Andin.
“Karena dia adalah kamu,” ucap Haraln berani.
Andin pun terkejut bukan main tapi dia berusaha tenang.
“Har, gue hargai perasaan lo, tapi gue nggak bisa kasih jawaban sekarang, karena walaupun gue dan Ardi ternyata kakak beradik namun bukan berarti cintaku terhadapnya berakhir,” ucap Andin.
“Din, sebenarnya sih, gue tidak pernah mengharapkanmu dan gue cuma ingin kamu tahu perasaanku kok, dan lagipula asal kamu bahagia, aku pun bahagia, tapi kita tetap jadi sahabat kan,” tanya Harlan.
“Tentu,” jawab Andin yakin.
Setelah pertemuan itu, Andin pulang kerumahnya. Tetapi, ketika sampai di rumah, seseorang telah menodongnya dengan pisau dan orang tersebut ternyata adalah tantenya dan Laura, sepupunya, mereka berhasil meloloskan diri dari penjara.
“Hai…?”, sudah puas hidup enak, sekarag kamu akan merasakan apa yang tante rasakan.
Setelah berkata demikian, tante Andin mulai memukuli Andin, tetapi, tidak lama kemudian, Ardi datang kerumah Andin.
“Tante, lepasin Andin sekarang, dia nggak salah,” ucap Ardi tegas.
“Kamu nggak usah belain dia, dia telah tega mencebloskan tantenya ke penjara dan sekarang, tante ingin menghabisinya,” ucap tante Andin.
Seketika tante Andin mengayunkan pisau yang dipegangnya ke arah Andin. Tetapi, pisau tersebut mengenai Ardi. Setelah itu Tante Andin dan Laura pun kabur entah kemana.
“Din, maafkan saya ya, saya nggak menjagamu, sampai kamu menjadi menderita begini, namun saya yakin setelah ini kamu pasti bahagia,”ucap Ardi terbata- bata.
Andin pun menangis dan segera mencari pertolongan karena darah terus mengucur dari perut Ardi. Beberapa jam kemudian Ardi di bawa kerumah sakit. Dan di rumah sakit, Andin bertemu dengan ibu Ardi yang ternyata ibunya juga dan setelah mendengar cerita ibunya, Andin bersedia memaafkan ibunya dan menyuruh ibunya untuk melupakan semua itu.
Keadaan Ardi semakin memburuk karena lambungnya tersobek dan hanya keajaiban yang dapat menolongnya. Andin pun diperbolehkan masuk ruang ICU bersama Harlan yang barusan tiba.
“Din, mungkin ini terakhir kalinya gue bisa ngomong sama kamu,”ucap Ardi lemah.
“Dan kamu junggak Harlan, kamu mau kan menjaga Andin kalau aku sudah nggak ada, dan jangan sampai ada seorang pun yang melukainya,”ucap Ardi.
“Din, kamu harus turuti semua permintaan kakak ya, karena semua ini demi kebaikanmu,”lanjutArdi.
Andin pun terus menangis sambil berdoa. Tetapi takdir berkata lain, karena setelah Ardi menyelesaikan kalimatnya, dia telah pergi untuk selama-lamanya.
“Kakak…! Jangan pergi…!” teriak Andin.
Ibu Ardi pun langsung memeluk Andin yang ternyata adalah putrinya, setelah Ardi meninggal.
Keesokan harinya, Ardi langsung dikuburkan, dan sebelum penguburan, ibunya memberikan sepucuk surat dari Ardi untuk Andin. Surat tersebut berisi permintaan maaf Ardi atas sikapnya yang telah mengecewakan Andin. Setelah membaca surat tersebut, Andin pun hanya bisa menangis di pelukan Harlan.
Lima tahun kemudian…
Andin dan Harlan pun memutuskan untuk menikah, karena mereka telah menyelesaikan kuliah mereka. Dan akhirnya mereka menikah di sebuah gereja. Dan setelah menikah mereka pergi berbulan madu ke Jerman.
Sesampainya di Jerman merekapun pergi ke sebuah pantai yang indah.
“Din, ini adalah lembaran baru kita, benarkan kata gue bahwa kebahagiaan yang abadi pasti kau dapatkan, sekarang kau bahagia kan?” ucap Harlan senang.
“Of Course…!” Kita akan hidup dengan tenang di negara Jerman ini. Dan gue yakin Kak Ardi pasti senang melihat ku bahagia seperti ini di surga sana.
“Oh ya… kemarin mama telpon, katanya tante udah disidang dan divonis 19 tahun penjara,” lanjut Andin.
“Ya, itu ganjaran bagi orang jahat, bodo amat, yang penting sekarang kita bahagia, Oke…, honey?”lanjut Harlan.
Harlan pun memeluk Andin dan mereka pun bahagia sampai selamanya.

TAMAT

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen Iwan Simatupang - Tegak Lurus Dengan Langit

RESENSI NOVEL “TITIK 00”

Terlambat