RESENSI NOVEL “TITIK 00”

Judul buku : 00.00 Nama penulis ; Anugrah Ameylia Falensia Nama penerbit : Loveable Pendesain cover : Wirawinata Tahun terbit : 2021, cetakan kelima Jumlah halaman : 280 halaman Ukuran buku : 13x19 cm Tampilan cover : berwarna hitam dengan gambar jam pasir dan seorang wanita Harga buku : Rp. 107.500,- Novel 00.00 merupakan novel bergenre fiksa romantis dan masuk dalam nominasi kategori novel terbaik. Novel ini ditulis oleh Anugrah Ameylia Falensia atau dikenal dengan panggilan akrab Amey atau Cumi. Lahir di Makassar pada 18 Mei, Amey merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Amey mengawali hobi menulisnya dengan menulis ceritanya dalam sebuah aplikasi Wattpad dengan akun @ameysiaa. Karya pertama beliau berjudul Serein yang telah dibaca sebanyak 16,9 juta kali, sedangkan karya keduanya 00.00 telah dibaca sebanyak 36,4 juta kali. Karena antusia pembaca membuat amey berhasil menerbitkan kedua cerita tersebut. Novel ini menceritakan kehidupan Lengkara Putri Langit yang kerap dipanggil Kara, yang hancur setelah ayahnya, Erik memilih menikah lagi dengan seorang janda anak satu. Perlahan semua yang Kara miliki mulai meninggalkannya, keluarga, teman hingga kekasihnya telah direbut oleh adik tirinya, Nilam. Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman malah mejadi tempat yang paling ingin dihindari oleh Kara karena segala macam kekerasan yang ditunjukan untuknya membuat Kara semakin kacau. Menjadi korban bully disekolah akibat dari tuduhan Nilam tanpa ada seorang pun yang menemaninya membuat penderitaan Lengkara semakin lengkap. Namun ternyata tidak hanya Lengkara saja yang menhadapi segala kekacauan tersebut, Maskana Restu Putra yang dikenal dengan Naka juga mengalami banyak kesulitan yang disebabkan oleh ayah dan saudara tiri Kara. Dengan caranya sendiri Naka berusaha melindungi Lengkara dari kekejaman ayah dan adik tirinya. Mengorbankan tubuhnya hingga memiliki banyak luka yang disebabkan oleh bodyguard suruhan Erik. Maskana terus berusaha mencari cara untuk memasukan Erik ke dalam penjara untuk mempertanggung jawabkan segala perlakuannya terhadap Lengkara. Usaha Naka untuk memasukan Erik ke penjara pun berhasil dengan bantuan teman-temannya.. Naka sangat sangat menyayangi dan mencintai Lengkara melebihi dirinya sendiri. Pada konflik terakhir cerita Lengkara mengalami kecelakaan yang membuat ia lumpuh sementara dan kehilangan indra penglihatannya. Kondisi ini membuat keadaan Lengkara semakin kacau ia menjadi lebih banyak diam. Pada saat Masnaka sedang berbicara dengan Sekala d irooftop rumah sakit tiba-tiba saja dia tidak sadarkan diri lalu di bawa turun oleh Sekala untuk mendapatkan pertolongan. Selalu ada perasaan gelisah yang Lengkara rasakan ketika Sekala datang dan membawa kabar kondisi Maskana yang kian memburuk. Hingga pada hari itu Lengkara harus menerima kenyataan bahwa Maakana telah pergi bersama dengan kenangan yang telah mereka lalui bersama. Dengan penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti karena banyak menggunakan bahasa sehari-hari membuat novel ini lebih mudah untuk dipahami. Pengguaan sudut pantang orang pertama saat tokoh melakukan dialog dan penggunaan sudut pandang orang ketiga saat penulis menjelaskan sisi tersembunyi tokoh yang tidak dijelaskan langsung melalui dialog atau perilaku. Pada awal cerita alu yang digunakan adalah alur mundur, namun kebanyakan alur yang digunakan adalah alur maju. Cerita ini memiliki latar tempat sekolah, rumah dan cafe, namun latar sekolah dan rumah lebih sering ditampilkan karena konflik bermula di latar tersebut. Dikarenakan adanya beberapa kata karas dalam cerita ini sehingga cerita ini tidak disarankan untuk anak-anak. Kelebihan dari novel ini adalah pada gaya bahasa yang mudah untuk dipahami, pada setiap sub bab penulis berhasil membuat pembaca menjadi penasaran akan setiap kelanjutan cerita. Penamaan sub bab yang unik dengan menggunakan penunjukan waktu. Kekurangan pada cerita ini ada pada epilog, penulis memberikan akhir cerita yang tragis dan menyakitkan. Untuk para pembaca yang tidak menyukai akhir yang tragis mungkin akan kurang cocok dengan novel ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen Iwan Simatupang - Tegak Lurus Dengan Langit

KEGIATAN PRAMUKA SEBAGAI WUJUD KEMANDIRIAN